MENGAPA HARUS MAPRES?

Standard

Beberapa waktu belakangan saya mendapat beberapa pertanyaan dan juga diundang ke beberapa sesi atau seminar untuk sharing tentang kompetisi Mapres (Mahasiswa Berprestasi), tentang manajemen waktu, kiat presentasi ilmiah dan hal terkait mapres lainnya. Pada saat yang bersamaan, karena sudah mulai bekerja full-time di sebuah lembaga riset kebijakan publik, tidak semua sesi sharing yang bisa saya datangi, terutama pada hari kerja.

Mungkin ada yang pernah menyentil bahwa orang yang ikut Mapres adalah orang yang `ambi` (walau saya sering gagal mengerti kenapa kata ambi atau ambisius sering memiliki konotasi negatif bagi banyak orang Indonesia – setidaknya yang saya temui) dan seolah tidak peduli akan lingkungan. Padahal kata Ambisius sendiri (menurut KBBI) berarti berkeinginan keras untuk mencapai suatu cita-cita atau harapan.

Tidak ada elemen kekerasan atau pelanggaran terhadap hak orang lain dalam kata yang disebut ambisius.

Karena itulah, blog ini saya tulis untuk berbagi pengalaman dan perspektif tentang mapres dan mengapa seorang mahasiswa yang ikut kompetisi Mapres adalah mahasiswa yang berani membuat perbedaan. Tulisan ini lebih ditujukan untuk mengajak Mahasiswa tingkat 3 atau 4 ikut mengeksplorasi diri; mengapa ikut kompetisi Mapres adalah suatu kebutusan yang benar.

***
Screen Shot 2014-02-24 at 12.03.30 AM

Kutipan dari Ariana Huffington diatas adalah salah satu kata yang saya anggap sangat powerful; bahwa setiap orang bisa mencapai tujuannya ketika dia meletakkan fokusnya kepada tujuan tersebut dan tetap bertahan sampai tujuan tercapai. Begitu pula untuk menjadi Mapres (Mahasiswa berprestasi). Menjadi Mapres adalah menjadi seorang pribadi yang berani melampaui kemampuan yang dia pikirkan. Acap kali kita terhadang dengan bisikan seperti “emang gue bisa ya?“ “lawannya kan udah kaliber dan gak mungkin lah gue ikutan!“ dan ucapakan lainnya yang bersifat depresiatif terhadap diri sendiri.

Hal ini mengingatkan saya kembali kepada apa yang saya alami sekitar tujuh tahun yang lalu ketika masih bersekolah di SMA N 1 Padang. Menjadi satu-satunya diantara teman peserta seleksi yang gagal tes pertukaran pelajar AFS dari tahap paling pertama, tidak bisa mengikuti perlombaan karena siswa lainnya jauh lebih unggul dan demotivasi berkepanjangan karenanya.

Suatu ketika saya berpikir bahwa orang-orang tersebut sangat mungkin dulunya tidak hebat seperti sekarang. Sampai saya pada kesadaran bahwa yang paling terpenting pada akhirnya adalah momentum ketika kita berani mengambil langkah pertama untuk melakukan sesuatu; kemudian berani untuk berpura-pura bisa sampai betul-betul bisa melakukannya “fake it till you become it!“ Dengan berpura-pura bisa-lah pada akhirnya orang belajar, refleksi dan improvisasi kemampuan diri. Yang terpenting mempersiapkan diri, mengatur strategi, melakukannya dengan upaya yang terbaik dan berpura-puralah!

Hahaha…. Yak, itulah yang saya lakukan untuk bisa mencapai prestasi. Hasil adalah hal kedua, namun berprestasi bagi saya adalah kepuasan terhadap upaya maksimal yang dilakukan untuk mencapai misi yang ingin kita capai (berprestasi adalah pengejawantahan dari kepuasan diri atau self-satisfaction).

Screen Shot 2014-02-24 at 12.03.04 AM

***

Mengapa ikut kompetisi Mapres?

Kompetisi Mahasiswa Berprestasi adalah suatu seleksi prestasi akademis dan non-akademis (termasuk IPK, CV, Karya tulis ilmiah & kemampuan bahasa Inggris) yang setiap tahunnya diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan kebudayaan dengan tujuan untuk mengembangkan pemikiran saintifik dan kompetivitas di kalangan mahasiswa Indonesia dalam menciptakan dampak kepada masyarakat.

Mengikuti proses lomba ini pun tidaklah singkat, dari tingkat jurusan hingga tingkat nasional membutuhkan lebih kurang 4 bulan – sebuah komitmen yang cukup panjang. Tapi bukan berarti terlalu berat juga, yang jelas adalah bahwa seleksi ini memang harus diikuri mulai dari seleksi di tingkatan terkecil dari jurusan atau fakultas dan hingga ke tingkat nasional. Lalu mengapa kamu harus ikut Mapres?

1. Impact measurement: Salah satu alat ukur 4 tahun masa kuliah

`The more we do, the more we gain` tentunya selama 3-4 tahun kuliah, kita telah melakukan berbagai hal, aktivitas, pengalaman dan prestasi di bidang kita masing-masing. Mengikuti kegiatan Mapres bukan berarti menjadi ajang pembuktian bahwa kita adalah yang terhebat, tetapi fokusnya dikembalikan kepada diri sendiri. Bahwa setiap manusia pasti haus akan ekplorasi diri, improvisasi dan pembangunan kapasitas. Melalui serangkaian tes dan kegiatan yang dilalui dalam kompetisi Mapres inilah saya merasa ajang ini pada akhirnya menjadi suatu alat ukut terhadap kemampuan dan pemikiran yang kita telah bangun selama bertahun-tahun menjadi seorang Mahasiswa. Sudah efektifkah kita dalam mengembangkan diri mencapai tujuan dan mimpi?

Sebagai misal, seleksi Mapres di tingkat Fakulltas, FISIP, Universitas Indonesia: rangkaian seleksi mahasiswa berprestasi dilakukan dengan kunjungan penelitian ke sebuah desa di Banten bernama Desa Banjaririgasi. Disana para finalis fakultas (ada sekitar 21 orang saat itu) melakukan penelitian rapid assessment terhadap kondisi permasalahan masyarakat yang ada di Desa tersebut dan menerjemahkan rekomendasi solusi terhadap masalah tersebut dari segi ilmu sosial atau politik sesuai minat dan jurusan yang para peserta tekuni. Saat itu saya membahas tentang analisis pemangku kepentingan dalam kebijakan perbaikan Jalan Antar Desa (JAD) di Desa Banjaririgasi yang tidak kunjung diperbaiki.

Selain penelitian ini, selama proses seleksi Mapres, kita juga akan dinilai berdasakan IPK, prestasi akademis dan non akademis serta kemampuan presentasi ilmiah dan bahasa inggris. Hal yang berbeda dari seleksi pada tahun sebelumnya adalah penilaian prestasi dalam CV yang dibatasi menjadi penilaian terhadap 10 prestasi terbaik dan yang paling dibanggakan. Hal ini tentunya berdampak pada semakin kecilnya marjin perbedaan penilaian CV kandidat mapres sehingga kompetisi nilai di aspek lainnya, seperti karya ilmiah, presentasi dan kemampuan berbahasa inggris menjadi lebih kompetitif.

Kemampuan diatas adalah kompetensi esensial bagi seorang mahasiswa. Perjalanan bersama kompetisi mapres telah menjadi salah satu jalan bagi saya untuk mengukur kemampuan yang telah saya bangun selama kuliah dan merefleksikannya untuk menjadi peningkatan kapasitas diri.

Untuk informasi saja, tingkat Indeks Pembangunan Manusia tahun 2012 di negara kita belum begitu baik, masih berada di peringkat 121 di seluruh dunia (lihat lebih lanjut presentasi di bagian akhir). Masih ragukah kita untuk menjadi bagian dari pembangunan Indonesia sebagai seorang mahasiswa yang ungul dan berprestasi?

2. Mengembangkan Ide Praktis Sosial!

Berbeda dengan lomba karya tulis umum atau presentasi ilmiah lainya, komponen penilaian dalam karya tulis mapres dituntut untuk memiliki nilai orisinalitas untuk menciptakan ide solusi yang kontribustif bagi masyarakat. Disinilah kompetisi Mapres, menurut saya, dapat menjadi suatu katalisator bagi Mahasiswa untuk menggunakan ide segar dan inovatifnya terlibat dalam isu kekinian yang ada dalam masyarakat. Sebagai seorang akademisi junior, kita dapat mencoba untuk mengambil bagian dan berpartisipasi dalam isu pembangunan kemasyarakatan. Kapan lagi kita bisa ikut terlibat dalam memikirkan solusi dari tataran teoritis menjadi suatu tataran praktis bagi masyarakat. Seleksi Mapres menjadi salah satu jalan bagi saya untuk melakukan hal ini.

3. Tak ada awal dan akhir tuk terus belajar

Mengikuti prosesi seleksi mahasiswa berprestasi dari tingkat jurusan, universitas hingga tingkat nasional adalah suatu tahapan pembelajaran yang inspiratif bagi saya. Tidak begitu sering kita memiliki kesempatan untuk mengadu pemikiran dengan rekan yang berasal dari disiplin ilmu yang berbeda sama sekali. Anak sosial bisa banyak belajar dari teman dari rumpun sains dan sebaliknya; tujuannya sama, yaitu pemikiran untuk menciptakan suatu solusi atas permasalahan kompleks yang ada di tengah masyarakat. Kompetisi mapres inilah yang juga menyadarkan saya bahwa pada akhirnya tidak ada batasan awal dan akhir untuk belajar, tidak ada batas disiplin yang harus membatasi keinginan kita untuk belajar dari perspektif lain.

Di seleksi tingkat nasional, saya mempresentasikan penelitian yang berjudul `Kemitraan Publik-Privat dalam Mitigasi Bencana: Solusi Alternatif Efektivitas Sistem Pengelolaan Bencana Gempa di Kota Padang. Penelitian ini saya lakukan atas dasar pengetahuan yang saya dapatkan selama studi pertukaran di Jepang dan beberapa kegiatan kesiagaan bencana di Padang. Meskipun topik ini tidak secara langsung terkait dengan jurusan saya, Hubungan Internasional, namun program studi saya telah banyak membantu kerangka berpikir dalam analisis kebijakan publik dalam kebijakan mitigasi bencana.

Selain itu, ada Nadine dari IPB yang membuat suatu teknologi pelestarian orang hutan yang hampir punah sebagai suatu sistem penopang ekosistem; Seorang mahasiswi Fak. Ilmu Keperawatan dari UGM, yang juga peraih penghargaan bidikmisi, ikut menginspirasi saya dalam semangatnya untuk mengajukan proposal terhadap suatu bentuk reformasi sistem pelayanan kesehatan nasional yang lebih baik; serta ada pula Awang dari Universitas Brawijaya yang mempresentasikan karya ilmiahnya tentang sekolah hewan untuk melatih kecerdasan emosianal anak-anak. Semua cerita dan ilmu ini saya dapatkan di seleksi Mapres. Yang lebih mengesankan lagi sebenarnya adalah bagiamana para peserta kompetisi menunjukkan antusiasme dan semangat tingginya terhadap perubahan yang dia ingin ciptakan. Terinspirasi oleh Mapres lainnya adalah salah satu momen tak terlupakan bagi saya.

4. Leverage yourself

Selain mendapatkan inspirasi dari mapres lainnya, mengikuti kompetisi mapres bagi saya juga dapat menjadi kesempatan untuk bisa berbagi dan menginspirasi orang lain – membangun suatu reputasi sebagai mahasiswa berprestasi. Dengan menjadi Mapres suara kita akan lebih didengarkan oleh publik yang lebih luas. Dengan menjadi mahasiswa berprestasi kita akan memiliki kesempatan untuk menyebarkan semangat berprestasi dan kontribusi untuk masyarakat dan ikut membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengikuti kompetisi Mapres bisa dibilang sebagai kesempatan sekali dalam seumur hidup – yaitu ketika masih duduk di tingkat pendidikan sarjana atau diploma. Sudah selayaknya seorang mahasiswa yang berani menantang dirinya melakukan hal yang lebih dari apa yang dia pikirkan. Berani ikut seleksi Mapres juga berarti berani mencoba berkontribusi secara intelektual untuk membangun masyarakat dan menyebar semangat kompetivitas di kalangan mahasiswa. Semuanya berawal dari keyakinan diri dan pepatah yang selalu saya pegang `fake it till you become it!`

Selamat berkompetisi di Mahasiswa Berprestasi!

Screen Shot 2014-02-24 at 12.03.55 AM

***

Slideshow presentasi berikut memberi beberapa gambaran tentang beberapa tips teknis untuk mengikuti seleksi Mapres. http://www.slideshare.net/niwa_dwitama/niwa-4-apsia Teman saya, Iman Usman juga pernah menulis blog yang lebih teknis tentang tips mengikuti seleksi mapres dari perspektifnya, silahkan di cek disini: http://imanusman.com/2013/03/tentang-kompetisi-mapres/

Screen Shot 2014-02-24 at 12.02.22 AM

Mengetahui gambaran teknis dari seleksi juga bisa dilihat dari panduan seleksi Mapres 2013: http://www.slideshare.net/irwanbudiman/pedoman-pemilihanmahasiswaberprestasiprogramsarjana